August, 21.
Hari yang berat saat itu, karena harus meninggalkan segala keasyikan, segala kehangatan, segala canda tawa, segala pelukan, segala campuran yang memabukkan, dua dan tiga dimensi. Hangatnya kamar. Empuknya B 243 VN. Semuanya, Ciragil, Pondok Bambu, Pancoran, Jalan Elang, dan rumah F4. Beni udah duluan pergi ke Swiss. Ahh! Semuanya, bir hitam, lintingan ganja, MG, dumti, R Jerman. Semuanya, harus gue tinggalin, sangat menyebalkan saat itu di CGK. Apa kabar mami Rika? Pasti sudah bahagia di alam sana. Amien.
Kulepas sandal kulit Esprit ku yang berwarna khaki. Tujuan akhir adalah Auckland. Tapi gue harus turun sebelumnya. Di Kingsford Smith. God Damned. Udara dingin banget karena masih diawal spring season. Mana gada yang jemput lagi. Jam 7 pagi eastern time, mamaku masih ngantuk sewaktu aku telpon. Sekedar laporan bahwa aku telah sampai dengan selamat. Mau telpon BDS pasti belum bangun. Berat juga gada dia. Biasanya tiap hari ada dia. Bersama si Neko-San, kucing angora kribo berwarna oranye miliknya nya itu. Dari Tarakanita seputaran Billy Moon. Sampe sekedar ngopi di seputaran KemCik. Saat itu juga gue inget Dewi, anak Permata Timur. HTS gue sewaktu IELTS preparation. Hmm, white musk yah wie? Perasaan berdosa tentu saja ada saat itu, karena mencintai dua wanita sekaligus pada saat yang bersamaan. Ups, maaf. Tepatnya tiga. Iya, Vera, abg 78 itu.
Pada saat itu memang belum ada rasa apa-apa dengan Nita. Tapi ada rasa komitmen yang tidak tersurat dan terucap yang kita rasakan berdua. Yang nantinya terbukti membara.Akhirnya ada juga orang yang baik hati. Orang yang dia jemput gak dateng. Sementara yang jemput gue juga gak dateng. Dengan aksen Oz nya yang kental sekalipun dia asli Chinese , orang baik ini menawarkan dirinya untuk mengantar ketempatku di Roseville. Di beauty North. Udara dingin banget saat itu. Dan gue kangen banget sama semuanya. Bizzare Love Triangle nya Frente mengalun dari Mix FM. Dan kembali jiwaku melayang entah kemana.
Milson Point.
Adalah titik favouriteku setiap commuter ini berhenti. Pemandangannya sangat indah. Mirip lukisan Ken Done di dasi berbahan sutera berwarna dasar kuning pisang yang kuhadiahkan buat ayahnya BDS. Harbour Bridge dan Opera House terlihat dari ketinggian. Dengan latar belakang laut lepas tempat hilir mudiknya yacht, boat dan ferry, dari dan ke Syd Wharf. Sekitar Cirqular Quay. Di bawah sana. The Rocks tampak juga di kejauhan sana. Bangunan batu dan batanya terlihat sedikit bercahaya. Tertimpa matahari pagi musim semi. Daun Maple bersudut lima menambah cerah suasana dengan warnanya yang merah dan kuning. Menyembul diantara batang-batang Eucalyptus dan Palm. Kehijauan lebat Botanical Garden dan Torangoo Zoo menjadi latar belakang horizon yang indah bercampur dengan birunya langit dan laut. Udara spring meliputi diriku. Kepakan sayap burung camar laut membawa khayalku. Sejenak pikiranku melayang lagi ke Jakarta.
Melayang ke anak-anak GSB alias gerombolan si berat, nama gank penjahat yang ada di dalam komik donal bebek, adalah sebutan mereka, kelompok lain, untuk kita. Merekapun memberi sebuah nama Anwar untukku yang berarti anak warung. GSB pasti sedang asik menghisap ganja sambil minum bir hitam dan menelan Rohipnol. Kemudian konvoi bersama-sama putar-putar Jakarta dengan dua mobil lainnya, motul alias monge tulen-nya Navi dan black ceper-nya Oswarie. Nongkrong sore adalah kegiatan harian yang biasa aku lakuin di seputaran Ciranjang dan Ciragil atau di depan rumah gue di jalan merak…hmm. Kangen sama ketoprak setan dan gado-gado Kertanegara jadinya. Still a friend of mind-nya Incognito sayup-sayup terdengar dari mobil gue. Ganja tanpa campuran gue tarik dalem-dalem asepnya, sesaat kemudian kubuang dan pada saat yang hampir bersamaan ku seruput bir hitam dinginnya. Gada duanya. Pikiran langsung tenang saat itu juga. BDS pasti drive sendiri kalo pergi kemana-mana sekarang. Dengan Momo hitam nya. Dewi udah duluan ke Melbourne pastinya. Dan pasti lagi jajan Hot Chip dan Hot Chocolate kesukaannya . Di pinggiran Chappel Street di seberang Yara River. Tempat dimana aku ketemu Oken pembawa lagu melayang. Monash. Menurut Ibu Rita dari Edlink membuyarkan lamunanku. Saat itu gue udah lupa sama sekali dengan Erna, gadis yang berhasil gue rebut dari pacarnya. Lambat laun bayangan Cut Mirna yang duduk di depanku sambil manyun di kelas CCF dengan rok SMU nya yang agak sedikit terbuka menjadi samar…digantikan dengan tulisan besar bertuliskan Central Station.
Kulepas headsetku. Kumatikan High and Dry dari Radio Head. Ku ambil startac ku dari balik jumperku. Ku telfon my lovely mom. Signal Optus 0417070877 ku menembus langit pagi Jakarta. Hai mom. Apa kabar? Tiba-tiba I miss my lovely mom so much. My mom yang ahli surga. Mobil sudah ramai ketika aku menyeberang George st menuju Thomas St. Tukang buah berbaju flannel kotak-kotak merah itu menguap lebar berusaha mengusir sisa-sisa terakhir dari rasa kantuknya yang belum mau pergi. Mulutnya mengeluarkan uap air yang terlihat bagaikan asap knalpot halus yang keluar dari Z3. Dan aku membeli apelnya satu. Kumakan. Kulewati Loket Miss Saigon yang masih tampak tutup. Pintu depannya tertutup daun maple kering yang rontok. Angin dingin berhembus dari arah Darling Harbour. Harum. Membawa keceriaan.
New Heaven.
September dari Collective Soul perlahan terdengar dari kedai kopi. Dan Cappucino tanpa gulaku selesai dibuat. Kutiup “head” nya yang berbuih coklat muda. Sejenak No Surprises dari Radio Head mengalun keluar dari jukebox. Lagu yang dipilih oleh Ludi. Salah satu lagu kesukaannya selain Misery dari Soul Assylum. Tangannya menyentuh ku ketika aku sedang melamun kearah City Library. Melihat keluar melalui jendela rendah kedai kopi yang berkanopi dari kain warna-warni. Gedung berlantai empat berwarna aqua blue itu menghipnotisku untuk sesaat. Sama menghipnotisnya seperti Ludi. Sama seperti perasaan yang kita berdua miliki pada saat pertama bertemu di New Heaven. Hypnotized. Dia menginjak Paladium coklat ku dan memberi isyarat kepadaku untuk duduk lebih dekat.
Tepat jam empat sore aku turun keluar ruangan kelas. Ludi sudah ada di bawah dengan anak-anak yang lain. Bersama Mia, Mimie, Zaki, Adam dan yang lainnya. Sementara Heru Humania tampak terburu-buru ke C320 Hijau Metaliknya. Sore itu Ludi memakai celana jeans ketat robek-robek Calvin Klein yang kita pernah liat bersama di QVB dan memakai jaket suede AX coklat muda. Tanganku memegang almond croissant panas buatan Delifrance. Hari ini matahari sedang bersahabat. Tetapi angin masih sangat dingin. Sinarnya menembus matanya yang berwarna coklat muda. Serasi dengan suede-nya. Dengan tatapan yang sulit untuk dilupakan. Seperti biasanya. Dia menatapku. Ibunya Ludi asli Indonesia. Bapaknya asli Oz.. Kabar terakhir dari sahabatnya Ludi menjadi pramugari Cathay Pacific and she always missed me so much. Wow!
Sepuluh koin sudah aku masukan kedalam payphone Telstra yang bertudung merah dan berlampu kuning. BDS lagi siap-siap belajar Nihon. Ada rasa aneh. Kangen tapi enggak. Enggak tapi kangen. Aku bercerita bahwa Incognito akan mengadakan show disini. Dan dalam sekejap jiwaku sudah melesat lagi ditempat aku biasa duduk-duduk di deket lapangan tenis di kebayoran baru. Sambil minum es kelapa muda. Sekali-kali lesehan di rumput di jalanan Ciragil. Melinting ganja dan menghisapnya ditemani dengan sebotol kecil bir hitam dingin. Navi tertawa cekikikan. Oswarie ngoceh. Oglek cengar-cengir bego. Aku berguling-guling di rumput menahan geli. Bunyi tut panjang mengagetkanku dan membuatku sadar bahwa koin dua dolaran ku sudah habis. Ku berjanji untuk menelpon lagi nanti malam. Tentu saja hanya janji.
Dua bapak-bapak dari Indonesia keluar dari tempat Peep Show sambil tertawa terkekeh-kekeh di seberang jalan. Mereka berjalan menuju Hoyts tampaknya. Aku berjalan ke YWCA. Satu blok dari Hyde Park. Apartemen bernuansa hijau jamrud tempat dimana Annisa Trihapsari dan Dini, pacar anak seorang Jendral yang tertangkap memiliki 5kg shabu bertempat tinggal. Riska pasti sudah menunggu aku disana. Untuk belajar petting. Gila memang. Aku bangun keesokan harinya dengan beberapa helai rambut rontok di tempat tidurnya. Kukenakan Bally Tiger Walk ku dan pulang ke Miramar.
185/368 Pitt Street.
Pie ini memang sangat unik. Sayang ukurannya kecil. Cartito, Rudy, Kristy dan aku masing-masing menghabiskan tiga. Rasanya khas dan berbeda. Warungnya relative kecil. Dindingnya dipenuhi tanda tangan Elton john, Kylie Minogue, Mobi, John Stamos etcetra. Magna 4000cc putih kita jadi terlihat kecil di tempat parkir yang berlatar belakang beberapa fregat tempur berwarna siluet hitam di dermaga Kirribili. Aku mengambil sebatang Marlboro medium dan menyalakannya. Asapnya membawa lamunanku ke Horison pada perayaan tahun baru beberapa bulan sebelumnya di Pantai Carnival Ancol Jakarta.
Almarhum Kiki masih melengkapi GSB. Dengan senyuman khasnya yang lebar hingga tampak seperti bagian ujung dari bibirnya menyentuh jidatnya. Cerita kehidupannya berhenti tepat di depan bagian belakang roda truck tanah. Terhimpit. Intoxicated. Suasana malam yang sama tetapi ditempat dan di peristiwa yang berbeda. Jeremy nya Pearl Jam mengagetkan ku dari lamunan. Ternyata anak-anak yang lain sudah di dalam mobil dan bersiap untuk makan ice cream di depan the Ritz Carlton Hotel. Hotel tempat dimana vocalist INXS gantung diri….
Penat kurasakan keesokan harinya. Ten coloumn worksheet journal dari mata kuliah accounting yang ditemukan oleh Lucca Paccioli menguras energiku. Text book seribu halamannya kulempar ke karpet berwarna ametis bergambar bulan purnama yang sedang tersenyum seakan meledekku. Kucampur bubuk susu body shop kedalam bathtub dan kuceburkan diriku kedalamnya. Pelan kuputar Between the Sheet nya Four Play. Diantara dua dunia, sadar dan tidur, intercom dari bawah berbunyi dan menunggu jawaban persetujuanku untuk naik ke 28.
Pungky, Carlo dan Abdul datang membawa stuffed crushed pizza rasa ayam dua box besar, dua botol besar coke dingin dan ganja hi-grow hasil hidroponik seplastik besar ditangannya. Today-nya dari Smashing Pumpkins memenuhi ruangan. Penyiar Triple J sempat mengganggu sebentar. Pungky memanggil menyampaikan pesan dari my mom untuk menanyakan tanggal berapa aku akan pulang untuk berlibur. December dari Collective Soul menggantikan Today. Dan cuaca sudah mulai panas. Kuteguk Sparkling Water dingin. Summer di bulan desember. Sudah dua jug fruity liquor kita habiskan berempat. Mereka senang dengan caraku memotong apel dan buah-buahan yang lain untuk kemudian memasukannya kedalam minuman dan mencampurnya. Hi-grow yang dibeli di pompa bensin Kent street tinggal setengah kantung.
Sementara itu Abdul mengingatkanku untuk belajar statistiknya John Chroucher dengan secara sungguh-sungguh. Aku mengangguk sebagai tanda menyetujuinya sambil melihat dari jendela samping sepasang muda-mudi berciuman di taman di bawah sana. Tangan mereka saling meremas seakan pakaian yang mereka kenakan basah tersiram hujan. Kunyalakan Red Channel dari OptusVision. Intro dari Interstate Loves Song menggantikan Better Than Ezra. Dan dia berjanji akan memberiku tutorial gratis as a friend after year end holiday. Bayangan Cut Mirna si gadis SMU itu menjadi jelas kembali dengan senyuman khas menggodanya. Duduk tepat di depan ku dengan rok yang sengaja disingkapkannya. Di dalam kelas. Kelas NSF-1...
Bersambung...